NONGKI.NET – Sarakenoi: Puisi-puisi Nasir Josadewan
Waktu
Waktu jariku mengetik namamu,
hatiku mengutuk rindu,
tanda tanya mengetuk otakku:
kapan temu?
Kugapai secarik kertas kuning,
kutempelkan pada kening,
menghadirkanmu dalam kenang;
halus tanganmu?
Kemudian kertas itu kusobek!
agar rasa tak amat sibuk.
semoga ini bukanlah sibak.
Menantimu!
Hujan
Kau pulang di tengah malam
Langkah pelan direngkuh hujan
Ah, bukankah sudah kau pakai payung?
Wajahmu basah, Sayang!
Angin mana meniup mendung
ke matamu?
Kemarilah…
Akulah bumi dimana hujan tumpah,
Dari matamu
Tuna Tuntut
Hatiku tak memiliki mata untuk
menuntutmu menjadi cantik jelita
Hatiku tak memiliki hidung untuk
menuntutmu terhidu serbak mewangi
Hatiku tak memiliki telinga untuk
menuntutmu bernyanyi semerdu Tayyis
Hatiku hanya memiliki rasa untuk
mencintaimu dan cemburu
Sarakenoi
Secuplik fragmen tertulis pada suatu malam
di mana seringai angin yang ngilu bertandang
wahyu diturunkan pada ia yang sepi
dan terluka; katanya
Oh, kaum papa;
yang cintanya kering di padang stepa
tak acuhpun, kau;
dewi yang bershalwar brokat dan permata
masyghul hatinya, sudah!
Kau;
bukankah telah kau peruntukkan
hatimu menjadi suaka
untuknya;
seperca sarakenoi yang kehilangan tenda?