NONGKI.NET – Review Film Ilo Ilo > Ketika tahun 1998, hampir seluruh negara di Asia Timur sedang dilanda krisis ekonomi. Pada masa itu banyak sekali pekerja yang diputus hubungan dari perusahaanya. Angka pengangguran melonjak. Jumlahnya tidak berbanding lurus dengan lapangan pekerjaan yang ada. Tidak semua orang bisa merasa aman sebab ancaman dari kondisi ekonomi global yang tidak karuan dapat datang dalam waktu yang tidak terkira.
Dalam situasi yang genting tersebut, sebuah keluarga kecil di Singapura sedang kedatangan asisten rumah tangga baru. Sosok baru ini adalah perempuan usia 30 asal Filipina. Ia bernama Teresa. Kelak Teresa adalah salah satu peran penting yang membuat keluarga kecil ini tegar dalam menghadapi kesulitan ekonomi yang sedang melanda dunia.
Namun peran Teresa yang sebetulnya cukup penting, tak membuat dirinya mengalami proses yang mulus untuk menjadi bagian keluarga kecil ini. Relasi antara Teresa sebagai asisten rumah tangga dan keluarga yang dikepalai oleh Teck sebagai majikan, dipisahkan oleh hubungan hirarkis yang menindas.
Asisten rumah tangga adalah sebuah profesi, dalam kasus ini adalah pekerjaan Teresa, yang mengerjakan urusan-urusan rumah tangga (domestik) si majikan, keluarga Teck. Uang sebagai alat tukar adalah alat pemenuhan kebutuhan yang menjadi motivasi ekonomi oleh seorang asisten rumah tangga.
Dalam kacamata kelas, posisi majikan menjadi superior karena ia memegang kapital. Sementara posisi asisten rumah tangga menjadi inferior. Situasi ini sangat mungkin menjadi lebih krusial bila tidak ada kontrak kerja. Penindasan atau tindakan yang semena-mena akan lebih muda terjadi.
Seperti Jiale, anak laki-laki dari majikan Teresa, yang kerap kali menujukan penolakan atas kehadiran Teresa. Meskipun pada akhirnya bocah SD bandel ini sangat menyayangi Teresa, proses penerimaan tersebut diawali dengan penindasan-penindasan yang dilakukan Jiale. Menghina Teresa dengan mengatakan bau badan perempuan itu tidak enak.
Bahkan lebih buruk lagi, Teresa diledek memiliki payudara yang jauh lebih kecil dibanding asisten rumah tangga sebelumnya. Tak hanya anak tunggalnya, sang Ibu, Hwee Leng, juga kerap berlaku superior. Semisal sinis ketika Teresa berdandan jauh lebih baik dari biasanya.
Minimnya kepercayaan juga tercermin semisal saat ia menemukan puntung rokok di kloset kamar mandi rumahnya, Teresa adalah orang pertama yang ia curigai. Hwee Leng bahkan mengancam akan langsung memecatnya sekalipun tuduhan itu ada tanpa hadirnya bukti yang menguatkan. Dan pada kenyataanya, bukanlah Teresa yang merokok lalu membuangnya ke kloset kamar mandi.
Tindakan-tindakan yang dilakukan majikan Teresa ini adalah opresi kelas. Bahkan jauh lebih buruk lagi bisa menjadi tindakan abusive yang sangat merugikan.
Dalam teori struktur fungsionalisme, komunitas adalah organisme yang saling bekerja sama dengan peran yang berbeda untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini, komunitas yang dimaksud adalah keluarga Teck. Dan hubungan antara Teresa dan keluarga Teck tentu hendak mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Dengan menerapkan pendekatan struktural fungsionalisme, opresi kelas dan potensi tindakan abusive dapat diminimalisir. Terlebih, hal-hal yang tidak diinginkan akan semakin terhindarkan bila masing-masing pihak dapat bertanggung jawab dan menunaikan haknya.
Selain itu, penting bagi asisten rumah tangga untuk dibekali pendidikan dan keterampilan sebagai modal. Apalagi jika bertumpu pada fakta bahwa Teresa adalah pendatang dari Filipina, secara tidak langsung ia harus menyiapkan modal sosial, budaya dan ekonomi di tempat barunya guna terhindar dari opresi kelas.