NONGKI.NET – Cerpen Tentang Hidup Bersyukur > Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke Universitas Negeri Jember. Jurusan yang kuambil adalah Biologi, seminggu ke depan kegiatan yang akan aku lakukan akan sama dengan hari ini, yaitu biasa disebut dengan PBAK (Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan). Kegiatan itu akan memperkenalkan kami tentang hal-hal yang berkaitan dengan kampus serta jurusan yang kami ambil nantinya.
Hari kedua, mungkin hal seperti ini sudah biasa dilakukan, yaitu ketua BEM kami memperkenalkan diri dan sidikit memberikan arahan kepada kami.
Ia bernama Tio sangat berpengalaman dan sangat professional dalam mengatur waktunya baik dalam berorganisasi, karir, bahkan ia juga merupakan salah satu mahasiswa yang akademiknya bagus. Mulai saat itu aku menyukai kakak itu sebagai idola.
Hari ketiga kami dijelaskan tentang organisasi-organisasi yang ada dalam kampus seperti BEM, serta unit-unit kegiatan lainnya. Cita-citaku dari sebelum masuk kuliah, yaitu ingin mengikuti organisasi dalam kampus baik itu BEM atau yang lainnya.
Hanya saja karena aku baru semester satu, jadi yang bisa aku ikuti adalah HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), karena pendaftaran baru dibuka setelah kami masuk semester dua, maka ketika aku mau masuk semester dua dan pendaftaran dibuka, aku langsung mempersiapkan berkas dan mendaftar.
Dua minggu kemudian setelah kami melewati semua proses pendaftaran, termasuk tes psikotes, interview dan lain-lain, diumumkanlah peserta yang lolos, dan syukurnya namaku berada di salah satu teman-teman yang diterima.
Sebulan pasca pengumuman, HMJ mengadakan acara untuk memperkenalkan para peserta yang baru saja dilantik. Di situlah tanpa sengaja, kami bertegur sapa dan berkenalan dengan ketua BEM, yaitu kakak yang dulu sangat aku kagumi. Di situ kami bukan hanya berdua, tetapi berempat yang di antaranya adalah aku, Kayla, Siska, dan kakak itu sendiri. Ternyata kami tidak hanya berkenalan, melainkan kami juga berdiskusi tentang komitmen serta pelajaran-pelajaran yang bisa kami ambil di dalam sebuah organisasi.
Ia sangat kagum dengan keputusan kami yang akan mengikuti organisasi di semester awal. Hal ini mengingatkannya dulu ketika maba. Ternyata kisah yang ia miliki tidaklah semulus yang aku pikirkan, ia berproses dengan sangat baik.
Sebelum ia berkecimpung di dalam organisasi, ia sempat mengalami keterpurukan dalam hidupnya. Saat ia memasuki kuliah, ia tidak pernah pulang ke rumah. Ia lebih memilih bergaul dengan teman-temannya yang suka minum, pesta miras, bahkan hal itu sudah menjadi hobinya tiap hari, ia juga sering bolos kuliah. Waktu itu ia merasa bahwa hidupnya sudah tidak berguna lagi, dan ia merasa bahwa mati lebih baik daripada hidup terus seperti itu.
Namun seseorang memperhatikannya diam-diam sejak dulu. Ia adalah teman sekelasnya dan ia merupakan mahasiswi yang terkenal cerdas di kelasnya. Suatu hari ia menghampirinya yang sedang tidur di kelas, dan Kak Tio hanya menatap sekilas lalu kembali tidur, tanpa menghiraukan perempuan yang duduk di sampingnya.
“Hallo,” sapanya.
“Apaaan sih,” dengan nada ketus dan matanya yang masih tertutup.
“Kamu udah ngerjain tugas metodologi laboratorium belum?” tanyanya kembali.
“Enggak males,” lalu ia kembali tidur.
Sementara itu, Bu Eka dosen mata kuliah metodologi laboratorium sudah berada di kelas sambil menanyakan tugasnya. Kak Tio masih saja tidur. Teman-teman sudah mengumpulkan semua, kecuali Kak Tio.
Tidak hanya saat itu, ternyata perempuan itu selalu menanyakan hal yang sama di hari-hari berikutnya. Sampai pada akhirnya Kak Tio merasa muak, dan bertanya balik kepada perempuan tersebut, mengapa selalu bertanya hal yang sama di setiap harinya. perempuan itu hanya menjawab,
“Aku hanya berpikir sederhana tentang hidup, yaitu tentang asal-usul manusia hadir di muka bumi, kamu mesti pernah mendapat pelajaran tentang sperma dan sel telur kan?” tanyanya.
“Iya, emang kenapa?” tanyanya balik.
“Ya itu, tentang bagaimana sperma berlomba-lomba hanya untuk mencapai sel telur, hingga pada akhirnya ada yang lolos satu, sedangkan yang lainnya harus mengalah dan mati. Berarti kalau disimpulkan kita terlahir sebagai pemenang, iya nggak?”
Ia hanya diam dan tatapannya kosong ke depan. Keesokan harinya, perempuan itu menghampirinya kembali, tetapi kali ini ia tidak lagi tidur, ia duduk dan mulai berbincang meski sedikit. Perempuan itu menawarkan bantuan terhadapnya, jika terdapat kesulitan dalam mengerjakan tugas, bisa meminta bantuan kepadanya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menerima tawaran itu.
Sejak saat itu mereka selalu bersama, baik dalam mengerjakan tugas, dan ke manapun pergi. Ia sekarang seolah-olah sudah menemukan sosok yang ia butuhkan selama ini. sampai suatu hari perempuan tersebut menanyakan sesuatu yang hampir selama ini ingin sekali ia ketahui.
“Tio, sebenarnya kamu kenapa?” tanyanya.
“Akhir-akhir ini aku suka bingung, soalnya orang tuaku cerai.” Jawabnya singkat.
Sejak saat itu si Perempuan mengetahui alasan mengapa Kak Tio seperti ini, dan Perempuan tersebut bersedia untuk selalu mendengarkan cerita Kak Tio. Ternyata tanpa disengaja, perlakuan Perempuan tersebut terhadapnya selama ini menyadarkannya, bahwa itu bukanlah hobi yang baik.
Awalnya memang tidak mudah baginya. Tapi ia terus berusaha bagaimana caranya tidak ikut-ikutan bersama teman-teman lamanya. Mulai saat itu, ia lebih memilih pergi dengan Perempuan yang selalu menemaninya. Hingga suatu hari mereka mencintai satu sama lain. Mereka bahkan memiliki rencana untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya yaitu ingin membangun rumah tangga setelah mereka lulus sarjana. Mereka pun menjalin hubungan.
Namun, keadaan tidak sebaik yang mereka pikirkan. Hubungan mereka diketahui oleh orang tua si perempuan. Mereka tidak direstui, lantaran masa lalu Kak Tio yang kelam. Si perempuan terus berusaha meyakinkan orang tuanya, bahwa Kak Tio bukan lagi Tio yang dulu, ia sudah berubah.
Waktu itu si perempuan hanya terus menangis, karena ia akan dinikahkan dengan orang yang tidak ia cintai, sementara Tio tidak bisa berbuat apa-apa, cintanya sudah pupus. Suatu hari tiba-tiba undangan datang ke rumah, tidak salah lagi undangan itu adalah undangan pernikahannya. Kak Tio hanya menatap kosong kertas undangan itu, setelah melihat nama yang tertera di dalamnya adalah perempuan yang ia cintai akan menikah dengan orang lain.
“Namanya Evi dek, ia bagian dari perjalanan hidupku, tetapi tidak bisa kumiliki,” Kata Kak Tio.
“Setelah itu apa ada kecenderungan kakak untuk kembali ke hobi masa lalu kakak?” tanyaku.
“Tidak dek, karena ia selalu bilang, ketika kamu ingin berubah, maka jangan menjadikan seseorang sebagai alasan untukmu berubah, tetapi berubahlah karena dirimu sendiri, begitu dek.”
Begitulah kisah Kak Tio dalam memperjuangkan hidupnya. Saat ini ia sedang berdamai dengan masa lalunya. Mengikhlaskan Kak Evi yang tidak bisa ia miliki, dan memperjuangkan hidupnya serta ingin membuktikan kepada semesta, bahwa ia juga bisa sukses seperti orang lain.
“Karena hidup itu begini saja, kadang perlu begitu juga” lantang Kak Tio sambil pergi meninggalkanku.
г‚·гѓ«гѓ‡гѓЉгѓ•г‚Јгѓ« жµ·е¤–йЂљиІ© – г‚·гѓ«гѓ‡гѓЉгѓ•г‚Јгѓ« её‚иІ© гЃЉгЃ™гЃ™г‚Ѓ г‚їгѓЂгѓ©гѓ•г‚Јгѓ« гЃ©гЃ“гЃ§иІ·гЃ€г‚‹